Pada 2014, Industri kapal pesiar akan semakin tumbuh dan berkembang. Menurut Cruise Lines International Association (CLIA), pada tahun 2014 ini akan ada peluncuran 16 kapal pesiar baru dan jumlah penumpang secara keseluruhan akan mencapai 21,7 juta orang.
Angka ini naik 400.000 dari tahun sebelumnya. Insiden seperti tenggelamnya kapal Costa Concordia dan Carnival Splendor ternyata tidak mencegah orang untuk pergi berwisata di atas kapal pesiar.
Ketika Anda bangun di pagi hari, Anda sudah berada di wilayah negara lain. Dalam seminggu mungkin Anda bisa mengunjungi tiga sampai lima Negara berbeda, sambil jalan-jalan dan berbelanja. Tidak banyak orang yang bisa mendapatkan kesempatan seperti ini. Meski banyak uang pun, tidak semua orang memiliki waktu yang cukup untuk pergi berkeliling dunia.
Semua hal diatas dapat di rasakan oleh Tarmidzi, seorang crew kabin kapal pesiar Costa Corcordia. Sudah 6 tahun pekerjaan sebagai house keeping ia lakoni di atas kapal pesiar. Selama itu pula, hampir seluruh penjuru dunia sudah ia jajaki, mulai dari menikmati summer di Kutub Utara, Alaska, sampai menjajaki Masjidil Aqsa di Jerusalem, Israel.
Berbekal ijazah SMK pelayaran, dan D2 akademi perhotelan, serta pengalamannya bekerja di hotel selama 8 tahun, ia cukup beruntung mendapatkan kesempatan bekerja di atas kapal pesiar. Ia akui dahulu memang cukup sulit untuk mendapatkan kesempatan bekerja di Kapal pesiar. Selain karena faktor biaya yang tinggi, berbagai dokumen yang perlu disiapkan juga cukup menguras banyak waktu dan tenaga.
Proses Menuju Bekerja
Bekerja di atas kapal Pesiar Tarmidzi dapatkan melalui jalur agency. Mendapatkan info dari sesama kawannya di hotel, ia mencoba ikut mendaftar di salah satu agency di Jakarta. Sebelum di terima di agency tersebut, ia telah melalui dua proses interview. Pertama, dengan pihak agency dan kedua dengan pihak user dari Italia. Setelah lolos tahapan interview berlanjut ke tahapan screening dan medical check up.
Setelah dinyatakan lulus semua tahapan seleksi, baru para peserta menjalani berbagai program training yang di sediakan oleh pihak agency dan departemen perhubungan. Untuk semua program training tersebut di fasilitasi oleh pihak agency. Semua biaya dari program training yang di ikuti dan pengurusan berbagai dokumen yang dipersyaratkan menjadi tanggungan dari para peserta.
Salah satu hal yang menurutnya menjadi kendala utama seseorang untuk bekerja di kapal pesiar adalah faktor biaya. Tarmidzi sendiri harus merogoh kocek sebesar RP 15 juta rupiah sebagai deposit kepada pihak agency untuk keperluan biaya-biaya training dan pengurusan dokumen.
Hanya saja menurutnya, keberadaan agency sebagai fasilitator sudah mempermudah baginya didalam mengurus segala keperluan yang dipersyaratkan. Semenjak tahun 2007 ke atas diakuinya, perkembanganagency sudah begitu pesat di Indonesia, dan peraturan mengenai agencyjuga sudah diperketat. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang masih banyak terdapat agency-agency palsu.
Setelah melengkapi semua persyaratan, Tarmidzi mendapatkan kontrak pertama untuk kapal Pesiar Costa dari Italia yang start berlayar dari pelabuhan Roma, Italia pada 2007. Kebetulan agency tempat ia mendaftar memiliki kerja sama dengan perusahaan Italia tersebut.
Biasanya, menurut Tarmidzi, kontrak bekerja di atas kapal berlangsung 8 bulan. Selama 8 bulan full on board di atas kapal. Tiga sampai empat bulan sisanya bisa vacation di darat. Namun menurutnya, bisa saja bagi pekerja mendapatkan kontrak dua kali dalam setahun jika sedang mengejar setoran.
Pendapatan Menggiurkan
Untuk masalah pendapatan, pekerjaan di atas kapal pesiar sangat menggiurkan. Sebagai seorang house keeping, Tarmidzi mendapatkan gaji pokok sebesar USD 1.024 perbulan, plus tunjangan per rute perjalanan (cruises) sebesar USD 376.
Satu kali cruises rata-rata 7 hari, jadi dalam sebulan bisa sampai 4 kalicruises. Angka ini belum termasuk tips-tips yang didapatkan dari pengunjung hotel yang menurutnya jika ditotal bisa melebihi gaji yang diterimanya dalam sebulan. Untuk fasilitas makan pun sudah disediakan oleh pihak kapal pesiar. Jadi, bisa kita total sendiri berapa uang yang bisa di kumpulkan olehnya selama sebulan.
Stereotipe Pekerja Indonesia
Lingkungan kerja bagi pekerja-pekerja Indonesia di atas kapal pesiar cukup kondusif. Menurut Tarmidzi, tidak ada diskriminasi kesukuan yang menghambat proses bekerja. Hal ini karena sudah diatur dalam tata prosedur pekerjaan di atas kapal pesiar yang masing-masing pekerja sudah mendapatkan pelatihannya sebelum bekerja di atas kapal.
Para pekerja Indonesia sendiri menurutnya lebih disukai oleh pihak perusahaan. Ini disebabkan oleh tipikal orang Indonesia yang dalam persepsi orang luar mudah berbaur dan cenderung menurut. Lain halnya dengan orang Filipina yang dikenal lebih banyak omong, namun kurang disiplin dalam bekerja. Begitu pun orang India yang juga dikenal malas.
Hal ini yang menyebabkan tenaga kerja Indonesia lebih disukai ketimbang tenaga kerja negara lain. Hanya saja menurut Tarmidzi, dalam hal karier orang-orang Indonesia masih kalah dengan orang-orang dari negara lain.
Menurutnya, orang-orang Indonesia cenderung sudah merasa puas di areacomfort zone, dan ada kecenderungan merasa malu untuk bersaing secara karier. Berbeda dengan orang-orang Filipina yang lebih berani. Akibatnya, jabatan-jabatan untuk manajer banyak dipegang mereka.
Ia pun berpesan kepada para generasi penerus, putra-putri Indonesia untuk lebih berani menonjolkan skill, karena menurutnya, orang-orang Indonesia secara IQ dan skill tidak kalah dengan tenaga-tenaga kerja dari negara lain.
Peluang Besar
Untuk saat ini, tuturnya, peluang bekerja di atas kapal pesiar amat sangat banyak. Indonesia menurutnya, merupakan pangsa pasar tenaga kerja terbesar di dunia setelah Filipina. Dan beberapa tahun belakangan, jumlah kapal pesiar di dunia pun sudah semakin meningkat. Tentu menjadi peluang yang sangat besar bagi putra-putri Indonesia untuk menimba pengalaman bekerja di atas kapal pesiar.
“Peluang bekerja di kapal pesiar sangat banyak. Jumlah kapal pesiar dari tahun ke tahun semakin bertambah. Bagi generasi pemuda kita kesempatan ini jangan sampai terlewat. Pekerjaan tidak hanya ada di Jakarta. Kalau ingin mencoba bekerja sambil jalan-jalan, bangun pagi menghirup udara di satu Negara yang berbeda-beda, mumpung masih muda, kesempatan sangat terbuka lebar, ” ujar Tarmidzi.
Untuk diketahui, syarat dokumen bekerja di atas kapal adalah paspor, visa, Seamaen Book (Buku Pelaut), Sertifikat Basic Safety Training (BST), Seamen Identification Document (SID), Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri.