IVO, Smartphone Buatan Batam


IVO, Smartphone Buatan Batam, Ramaikan Pasar Ponsel Pintar


Suasana peluncuran IVO, ponsel pintar produksi Batam. foto: dalil harahap / batampos
Suasana peluncuran IVO, ponsel pintar produksi Batam.
foto: dalil harahap / batampos

Batam kini mampu memproduksi ponsel pintar (smartphone) sendiri. Tak tanggung-tanggung, ponsel ini berteknologi 4G LTE yang diklaim sebagai teknologi akses komunikasi tercepat di dunia saat ini. Digadang untuk membendung ponsel impor.
Budi Darmadi, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi dari Kementrian Perindustrian RI tersenyum sumringah. Matanya menatap benda pipih dengan layar menyala di genggaman tangan kanannya. Jempolnya bergerak mengusap layar berwarna kebiruan tersebut. Lagi-lagi, senyumnya terkembang sembari tangannya terangkat ke atas.
“Ini tampilannya,” katanya sembari menghadapkan benda berlayar bersinar itu pada kerumunan wartawan di hadapannya.

Ponsel IVO dibanderol pada kisaran Rp 2 Jutaan. foto: dalil harahap / batampos
Ponsel IVO dibanderol pada kisaran Rp 2 Jutaan.
foto: dalil harahap / batampos

Benda pipih dengan layar menyala itu adalah ponsel pintar (smartphone) berteknologi 4G (fourth generation) LTE (long term evolution) pertama buatan Indonesia bermerek Ivo. Uniknya, smartphone 4G LTE ini diproduksi dan dirakit penuh (complete knocked down/CKD) oleh perusahaan manufaktur elektronik asal Batam, PT Sat Nusapersada Tbk yang berlokasi di Pelita, Lubukbaja, Batam dan desainnya dikembangkan oleh PT Tata Sarana Mandiri (TSM). Produksi smartphone dalam negeri ini digadang bakal menjadi basis industri telekomunikasi dan ponsel nasional yang akan menekan pasar ponsel impor.
“Ini salah satu (bentuk) nasionalisme bahwa kita menciptakan lapangan kerja untuk bangsa kita. Kita juga dukung program pemerintah (menggenjot industri dalam negeri dan menekan impor). Indonesia ini penduduknya luar biasa, begitu luasnya market (pasar ponsel) kenapa kita tidak gunakan momentum ini (untuk memproduksi sendiri) maka kita mulai dari Sat Nusa dulu,” ujar Abidin, Presiden Direktur PT Sat Nusapersada Tbk di Batam usai peluncuran produksi smartphone tersebut, Jumat (4/7).
PT Sat Nusapersada merupakan perusahaan manufaktur elektronik di Batam, Kepulauan Riau yang didirikan tahun 1990 dan tercatat telah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 2007 lalu. Sebagai perusahaan yang menyediakan jasa manufaktur elektronik mulai dari proses surface mount technology (SMT), metal stamping, plastic injection, auto spray painting hingga final assembly serta memiliki peralatan canggih yang mendukung pembuatan dari komponen hingga perakitan, tak heran jika kemudian Sat Nusa ditunjuk jadi produsen ponsel pintar berteknologi 4G LTE pertama di tanah air.
“Ivo ini merek dari TSM. Kalau kami lebih ke produksi dan perakitan. Semua bisa memesan untuk menciptakan brand (merek) dagang sendiri,” jelasnya.
Secara bertahap, PT Sat Nusapersada Tbk akan melakukan produksi ponsel dari tahap SKD (semi knocked down), CKD hingga peningkatan kandungan komponen lokal. Pada tahap awal, Sat Nusa akan memproduksi sebanyak 100 ribu setiap bulan dan akan terus meningkat bergantung respon pasar. Tak hanya menyasar pasar domestik, ponsel pintar buatan Indonesia ini juga tak menutup peluang untuk diekspor ke luar negeri.
“Bangsa kita memang bangsa yang hebat kan? Semua bisa (dibuat). Sebenarnya barang yang kita impor kembali itu (rakitannya juga) buatan Indonesia,” katanya.
Upaya untuk membangun industri ponsel dalam negeri ini juga melibatkan cukup banyak instansi pemerintah seperti Kementrian Perindustrian (Kemenperin), Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kementrain Perdagangan (Kemendag), Kementrian Keungan (Kemenkue), Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Ekonomi) dan BP Batam guna mensinergikan peraturan dan kebijakan dari masing-masing Kementrian terkait. Keterlibatan PT Sat Nusa Persada Tbk dan PT TSM dalam produksi ponsel ini akan memperkuat dan melengkapi rantai pasok (supply chain) industri ponsel di Indonesia.
Dengan tingginya produksi ponsel pintar dalam negeri, diharapkan lambat laun mampu menggerus ponsel impor yang kini membanjiri Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat, selama 2013 ketergantungan impor produk telepon seluler ini mencapai 16.470 ton senilai 2,8 milliar dolar Amerika atau setara Rp 34,1 trilliun. Angka itu tercatat sebagai penyumbang defisit neraca perdagangan tertinggi untuk sektor non-migas.
Sementara itu, Sam Ali, Direktur TSM mengatakan Ivo jadi salah satu contoh produk smartphone 4G LTE pertama buatan kolaborasi PT Sat Nusapersada dan PT TSM.
“Merek dagang itu bisa macam-macam, jadi kalau ada merek lain dari lokal Indonesia mau pesan, kalau misalnya Batam Pos mau pesan (dibuatkan) smartphone pakai nama Batam Pos monggo (silahkan), tergantung customernya siapa. Posisi kita adalah sebagai produsen,” katanya.
Teknologi 4G LTE adalah sebuah standard komunikasi nirkabel berbasis jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSDPA untuk aksess data kecepatan tinggi menggunakan telepon seluler maupun perangkat mobile lainnya. LTE disebut-sebut sebagai jaringan nirkabel tercepat saat ini, sebagai penerus jaringan 3G. Teknologi komunikasi 4G LTE memiliki kecepatan hingga 10 kali lipat dari kecepatan teknologi komunikasi 3G. Bahkan, teknologi ini diklaim sebagai jaringan nirkabel yang paling cepat pertumbuhannya. LTE didaulat akan menggantikan UMTS/HSDPA. LTE diperkirakan akan menjadi standarisasi telepon selular secara global yang pertama.
Sedangkan Ivo 4G LTE yang diproduksi di Batam ini menyandang sistem operasi (Operating System/OS) Android, didukung oleh chipset Qualcomm Snapdragon 400, menggunakan prosesor Quad Core 1.2 GHz, memiliki perangkat penyimpanan RAM sebesar 1 Giga Byte (GB) dan storage 8 GB, dibekali kamera 8 Mega Piksel (MP), serta menyandang dua slot kartu sim (dual slimcard) yang didesain khusus untuk kebutuhan pangsa pasar Indonesia.
Smartphone 4G ini juga dapat beroperasi pada berbagai frekuensi LTE lain seperti 1800 MHz, 2300 MHz, 2600 MHz, termasuk frekuensi data 3G dan 2G, sehingga dapat beroperasi di berbagai negara.
“Walaupun kami produksi di Indonesia, tapi kami menerapkan sistem quality controlseperti yang dipakai di luar negeri. Jadi dari segi kualitas kami gak ada beda,” jelas Sam Ali.
Hanya saja, teknologi akses data 4G LTE belum sepenuhnya berlaku luas di seluruh Indonesia. Kanal frekuensi tersebut untuk saat baru bisa dinikmati di daerah seperti di Jakarta dan belum menjangkau daerah lain.
“Teknologi 4G ini teknologi baru, tapi dalam dua tahun mendatang akan menjadi sebuah teknologi yang digunakan banyak orang,” katanya.
Bagi yang ingin mencoba ponsel pintar berteknologi 4G LTE buatan Batam itu, masyarakat tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Meski belum mau menyebut harga resminya, namun dari kisaran harga ponsel ini sepertinya menyasar kalangan menengah.
“Harganya tidak lebih dari Rp 2 juta, ini untuk kalangan menengah. Karena kami bikin ponsel untuk masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (rna)
sumber: batam pos
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment